Isenk - "Terus apa salahnya kalau sekarang aku pacaran dengan Bintang, Mbak?" tanyaku dengan emosi yang jelas-jelas menunjukan kekecewaan.
"Ya Mbak bukannya ngelarang, tapi kamu tahu sendiri resiko nya, la." bantah Mbak Sasa.
"Aku sayang dia Mbak, sayang." jawabku mulai menahan air mata.
"Iya Mbak tahu, tapi Mbak nggak mau kamu sakit nantinya."
Kurasakan pelukan Mbak Sasa membenamkan air mata yang lagi-lagi harus jatuh karena kisah cintaku.
Iya, aku Kayla yang ternyata jatuh cinta dengan Bintang. Kami tidak satu sekolah, aku mengenal Bintang dari salah seorang teman. Kami berbeda tapi tidak berbeda yang kalian bayangkan. Kami berbeda agama. Aku wanita islam sedangkan Bintang pria katolik.
—
"La, maafin aku." ucap Indah sambil memelukku.
"Maaf buat apa dah? Semua udah terjadi kan? Kamu juga nggak tahu kan kalau Bintang ternyata cuman manfaatin aku selama ini." Kembali mataku basah karena Bintang.
"Iya, tapi aku ngerasa bersalah. Karena aku kamu kenal Bintang. Karena aku juga kamu sakit sekarang"
"Udah Indah udah, aku pengen ngelupain dia secepatnya"
Ternyata apa yang dikatakan Mbak Sasa selama ini benar. Bintang hanya bisa membuatku merasakan sakit. Iya. Tepat seminggu kami jadian dia memutuskan aku dengan alasan ternyata dia tidak yakin dengan perasaannya selama ini. Ya Tuhan aku berniat sungguh berniat untuk melupakannya tapi ternyata niatanku sudah tertutup dengan rasa sayang yang sudah terlanjur ku tanam untuk Bintang. Hanya untuk Bintang.
"La, besok malam minggu kamu diajak main sama Ridwan. Anak sebelah yang aku kenalin kemarin, gimana?" tanya Indah tiba-tiba.
"Hah? Ridwan? enggak ah, aku nggak mau dah. Makasih"
"Loh kenapa nggak mau? kamu udah ada janji?"
"Enggak ada kok, cuman males pergi aja"
"Kayla, kamu kenapa sih? Udah hampir 4 bulan kamu bersedih kayak gini. Susah banget buat diajak keluar. Kenapa? Gara-gara masih mikirin Bintang?"
Satu nama itu membuatku tersentak, dan aku hanya bisa mengangkat bahu.
"Kayla, Bintang aja udah bisa deket sama yang lain. Lalu kamu? Stuck aja di sini. Mengenaskan" cerca Indah.
"Dah, aku sayang sama dia. Sangat"
Tak kusangka sekian lama aku putus dengan Bintang aku tetap sayang dengannya. Selalu namanya yang kusebut dalam doa. Selalu satu alasanku tidak memperdulikan cowok lain karena aku menunggunya kembali. Aku percaya.
Hingga pada suatu hari, aku ingat sekali. Hari itu hari sabtu, sekitar jam tujuh malam. Aku mengecek salah satu situs jejaring sosial ku. Ada satu inbox yang masuk. Aku membukanya dan ternyata itu dari Bintang.
"Hai, bagaimana kabarnya?" Aku membacanya dengan beribu rasa. Entah tanpa berpikir panjang aku membalas chat manisnya itu.
"Iya, baik-baik saja. bagaimana denganmu?"
Hingga chat itu lah yang mengawali percakapan kami kembali. Sekarang tiada menit yang ku lewati tanpa memeriksa situs tersebut. Selalu ku sempatkan waktuku untuk hanya sekedar melihat. Bahkan jika ada pesan yang masuk dan benar-benar dari Bintang aku akan cepat-cepat membalasnya dimanapun itu.
"Kayla mau jadi pacarnya Bintang untuk kedua kali?" Tatapan mata Bintang mengisyaratkan ketulusan.
"Apa Bintang bisa bikin Kayla yakin lagi? Apa Bintang nggak bakal bikin Kayla jatuh lagi?" yakinku.
"Tentu saja. Bintang akan membuat Kayla yakin dan Bintang akan menjaga agar Kayla tidak jatuh ke lubang yang sama" cerca Bintang.
"Kalau begitu. With a pleasure boy,"
"Terima kasih sayang. Memang cuman kamu yang selalu ada buat aku"
Semenjak malam itu. Tepat tanggal 27 Desember 2014 aku percaya lagi dengannya. Aku jatuh cinta untuk yang kedua kali dengannya. Aku begitu bahagia. Aku tahu semua tak akan semudah apa yang dibicarakan orang-orang tentang perbedaan. Bahkan kenyataannya perjuanganku dimulai dari yang terkecil. Yaitu dari Kakakku sendiri. Mbak Sasa. Aku tahu dia sangat sayang dan
mengkhawatirkanku tapi ternyata sayangku lebih besar ke Bintang. Sekarang kami sedang berjuang. Berjuang untuk mempertahankan apa yang kami inginkan dan yang kami butuhkan.
Tuhan memberi kesempatan kedua untuk kami saling percaya. Jadi tak akan pernah kami sia-sia kan.
Mungkin hingga pada akhirnya kami tidak berjodoh, aku akan tetap sayang dengan dia.
By: Ulfa Afrilita