Jangan Asal Menuduh Dong

Isenk - Ia adalah Anita. Nama lengkapnya Anita Putri Zaharra. Ia adalah anak orang berada atau bisa dibilang kaya. Ia adalah gadis yang manis, cantik, tetapi sayangnya ia sombong, dan itulah sikap yang tidak disenangi teman-temannya. Tak sedikit yang kesal padanya, bukan karena iri, tetapi mereka malas dengan sikap sombong Anita.

Anita bangun pagi sekali, ia langsung salat, setelah salat ia langsung mandi dan berganti baju. Tak lupa ia juga memakai gelang emas berhiaskan crystal biru yang indah. Papanya baru pulang dari Jepang karena urusan pekerjaan. Papa nya membelikan Anita sebuah gelang yang indah. Anita Sudah tak sabar untuk memamerkan gelang cantiknya itu.

"Assalamualikum Mama, Anita berangkat ya"

"Waalaikumsalam"

Saat sampai di sekolah, Anita langsung memamerkan gelangnya itu, temannya pun marah dengan sifat Anita ini, yaitu Sombong.

"Hy Verra. Baguskan gelangku. Harganya jutaan loh, kamu pasti iri.

Verra adalah anak yang sederhana, ia sangat baik, cantik dan pintar. Ia disegani teman-temannya walaupun ia adalah anak yang sederhana.

Ia hanya tersenyum dan menganggukan kepala, lalu ia berkata.

"Iya, Nita. Aku tidak iri kok, kalau kamu senang, aku juga ikut senang kok" Anita hanya tersenyum sinis lalu pergi.

Saat istirahat Ibu Hanna langsung keluar dan barulah anak-anak segera berhamburan keluar. Anita meninggalkan gelangnya di meja. Ibu Hanna yang melihatnya langsung menyita gelang milik Anita karena sesuai peraturan sekolah, Murid tidak diperbolehkan memakai atau membawa barang berharganya atau perhiasan.

Anita yang sedang ke kantin bersama teman-temannya tidak tahu soal itu. Saat Anita pergi ke kelas untuk mengecek gelangnya yang ditinggalkan. Hanya ada Verra di sana. Lalu ia mencari gelangnya yang sudah tidak ada di tas, tempat pensil, kolong meja, loker, dan hasilnya nihil. Ia pun menuduh Verra sebagai pencurinya, karena Verra sebangku dengannya.

"Verra. Kamu ya yang mencuri gelangku, aku tahu kau iri Verra?!"

"Apa? Tidak Nita, aku tidak mencurinya"

Lalu Anita mendorong Verra hingga jatuh.

"Jangan berbohong Verra" Bentak Anita.

Rina sang ketua kelas langsung memanggil Ibu Hanna yang sedang istirahat di kantornya. Ibu Hanna pun segera pergi ke kelasnya yang tidak berada terlalu jauh dari kantor guru.

"Ada apa ini?" tanya bu Hanna. Mereka pun dibawa ke ruang huru BP. Mereka dinasihati panjang lebar. Ibu Hanna adalah guru yang pelupa. Ia tidak ingat kalau ia yang menyimpan gelang milik Anita.

"Apakah benar Verra kamu yang mengambil gelang Anita?"

"Tidak bu, saya tidak bohong. Sebelum itu saya masih melihat gelang Anita di mejanya, lalu saya pergi ke perpustakaan untuk membaca bu, saya juga bermain sebentar dengan Gifa, Milla dan Sofie bu. Saat saya ke kelas, kelas masih sepi, saya memutuskan untuk membaca buku yang saya pinjam sebentar dari perpustakaan, saya melihat di meja Anita sudah tidak ada gelang itu bu, saya pikir Anita sudah memasukannya ke dalam tas agar tidak hilang"

"Benar itu Anita?"

"Tidak bu, sebelum itu saya menaruhnya di meja saya, saya pun ke kantin dengan Mika, Brinna dan Oline. Saat saya tiba di kelas, saya hanya melihat Verra sedang membaca buku dan gelang itu sudah tidak ada"

"Baiklah. kalian di sini dulu. Ibu akan menyuruh teman kalian untuk mengaku dan mencari di tas mereka masing-masing"

Ibu Hanna lalu menyuruh murid-murid mencari gelang Anita.

"Ya ampun Ibu lupa"

"Lupa kenapa bu?" tanya Anita.

"Ibu menaruhnya di laci meja Ibu, karena setiap murid tidak diperbolehkan untuk membawa barang berharga. Ibu lupa Anita maaf kan Ibu ya, lalu kamu tidak boleh membawa barang berharga lagi"

"Hahaha" Anita dan Verra tertawa bersama.

Lalu Ibu Hanna mengumumkan yang sebenarnya terjadi kepada murid-murid. Semua teman-teman Anita dan Verra tertawa.

"Verra aku minta maaf ya telah menuduhmu"

"Iya, tak apa. Tetapi jangan asal menuduh dong"

"Iya, maaf ya"

"Sudah tak apa, maka ini jadi pelajaran untuk kamu Nita"

"Oh, iya aku hampir lupa, ini untukmu"

"Wah kalung yang indah, terima kasih ya"

Mereka pun berpelukan. Anita tidak lagi sombong, ia suka membantu teman-temannya, ia pun bersahabat baik dengan Verra. Mereka saling bebagi dan tidak peduli dengan kekayaan dan kesederhanaan mereka masing-masing, Karena mereka adalah sahabat sejati.

Jadi teman-teman, jangan asal nuduh ya.

By: Citra Audriani