Isenk - Bulan Desember telah tiba, pertanda musim gugur telah berlalu. Salju-salju mulai turun di sekitar Hokkaido, Jepang menghiasi ranting-ranting pepohonan yang sudah rontok bunganya akibat musim gugur kemarin.

Airi yang masih mematung dalam duduknya hanya menatap secangkir teh hijau panas yang mengepul tipis di depan wajahnya.

Airi perlahan menoleh ke arah kaca jendela. Nampak salju-salju yang turun tipis dan bergemerlapan seperti kristal akibat sorotan cahaya matahari sore yang sebentar lagi meredup, menghasilkan nuansa segar. Airi menghela napas berat seolah menyimpan luka yang amat mendalam di lubuk hatinya.

"Kiru…" bisiknya dengan mata mulai memerah. Getir dan sesak.

-Flash Back On- Musim dingin 5 tahun silam.

Airi yang sedang duduk sambil melamun sendirian di bawah pohon Sakura tiba-tiba dikagetkan oleh seekor Burung Dara putih yang mengepak-ngepakkan sayapnya tepat di atas kepalanya. Burung itu menggigit sebuah kertas yang tergulung dengan pita merah yang mengikatnya. Airi berdiri dari duduknya dan perlahan mengambil kertas itu dari paruh si burung. Anehnya burung itu langsung terbang tinggi. Airi yang penasaran langsung melepas pita merah itu dan membuka isi kertasnya.

Isi Kertas:
"Airi, aku menyukaimu!"

Deg. Airi tercengang mengetahui tulisan dalam kertas itu. Airi langsung celingukan mencari siapakah orang yang mengirim surat itu.

Tiba-tiba seseorang memeluk Airi dari belakang. Deg. Spontan mata Airi dubulatkan. Airi perlahan memutar tubuhnya ke belakang.

"Kiru?" bisik Airi tak percaya.

Yang disebut namanya hanya tersenyum manis memperlihatkan smiling eyes-nya. Wajah keduanya sangat dekat yang membuat jantung Airi berdegup kencang dan keluar keringat dingin. Hening.

"Kiru… Kau-"

"Iya. Aku yang mengirim surat itu."

Kiru mengendurkan pelukannya dan meraih kedua tangan Airi yang dingin. Kiru mencium kening Airi dengan hangat. Lama.

"Kiru.. Aku juga sayang padamu!" ungkap Airi dengan ketulusan yang terpancar dari sorot matanya. Kiru tersenyum bahagia.

"Tapi… Aku harus pergi!" air muka Kiru berubah sedih.

Deg.

"Pergi kemana?" hati Airi terasa tersayat silet.

"Aku akan kembali!" Kiru pun berlalu.

"Kiru…!!"

Air mata pun jatuh deras dari mata Airi.

Airi menonjok meja sekuat tenaga, "Kau bohomg!!" teriak Airi dengan kekecewaan yang amat mendalam. Dadanya semakin sesak. "Kau pikir aku tak bisa tanpamu?"

Tiba-tiba suara Handphone yang nyaring memecah suasana. Airi cepat-cepat menyeka air mata yang berlinang di pipinya. Airi meraih Handphone-nya dan mengangkat telpon masuk.

"Hallo!" sapa Airi mengatur napas untuk menyembunyikan suaranya yang bergetar akibat menangis.

"Hallo, Sweet heart!" sapa suara yang lembut di ujung telpon.

Hening.

"Nanti jam 4 sore kita pergi ya.."

"Kemana?" tanya Airi.
-

Suasana hening menyelimuti dalam mobil. Airi dan Hito sibuk dengan pikiran masing-masing. Keduanya sama-sama melamun.

"Hito.."

"Oh. Eh. I-iya!"

"Kau mau ajak aku kemana?"

Tiba-tiba Hito menjadi salah tingkah. Airi mengernyitkan kening mencoba menerawang apa maksud Hito.

Kiiitt!! Hito me-rem mobilnya sekaligus.

"Ada apa?" Airi panik.

Hito menatap mata Airi dalam dalam seperti ada yang mau dibicarakan dan itu sangat serius. Hito mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah yang membuat Airi penasaran.

Hito membuka kotak itu, "Will you be my wife?" tanya Hito romantis. Nampak sebuah cincin berlian putih yang mengkilat di depan wajah Airi.

Deg. Airi tercengang dan tiba-tiba tenggorokannya serasa tercekik sehingga tak mampu bicara dan hanya mampu menelan ludah kesat. Matanya dibulatkan, napasnya tertahan. Wajahnya tiba-tiba merah padam.

"Bagaimana?" desak Hito meminta kepastian.

Airi membuang napas sekaligus dan nampak berpikir keras. "Aku rasa ini saatnya. Aku tak mungkin menunggu hal yang tak pasti," batin Airi.

"Ya. Aku mau!" jawab Airi mantap.

Hito yang tak mampu menahan ledakan perasaan membuatnya langsung memeluk Airi erat dan sampai lupa memasangkan cincin itu di jari manis Airi.

Airi dan Hito berjalan bergandengan menyusuri taman Odori. Hito merasa menjadi orang paling bahagia di dunia. Dan Airi? Entahlah… Kelihatannya ia memaksakan diri untuk tersenyum.

"Lihat! Pahatan es yang itu lucu ya!" seru Hito menunjuk sesuatu. Airi hanya mengangguk dan tersenyum palsu. Entah apa yang mengganjal dalam hati Airi. Harusnya ia bahagia dilamar oleh orang yang ia cintai. Namun justru tersimpan penyesalan yang tak mampu didefinisikan di hatinya.

Tiba-tiba langkah keduanya serentak terhenti melihat seekor Burung Dara putih menghampirinya dengan paruh menggigit sebuah kertas yang tergulung dengan pita merah yang mengikatnya.

Deg. Tiba-tiba jantung Airi serasa digoncang-goncang.

"Hus! Pergi!" usir Hito pada burung itu.

"Jangan!" seru Airi.

Airi langsung mengambil kertas itu dan cepat-cepat melepas pita yang mengikat kertas itu.

Isi Kertas:
"Airi, aku kembali!"

THE END

By: Dedeh Kurnia

Comments