Always Remember
Isenk - Felly, gadis cantik itu masih tetap di tempatnya. Tidak bergerak. Tetap diam membisu. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir tipisnya itu. Dia berdiri dengan tatapan kosong dan seikat bunga mawar di genggamannya. Entah apa yang ingin dilakukannya di trotoar yang ramai itu. Tatapan matanya kosong seakan tak berarti.
Dia tertunduk, air mata mulai membasahi pipinya, setetes demi setetes. Tapi nampaknya gadis itu tidak mempedulikannya. Perlahan ia duduk di tepi trotoar itu, "apa orang ini gila?" mungkin itu yang terlintas dalam pikiran setiap orang yang lewat, namun ia tetap terdiam, tak peduli apa yang mereka pikirkan. Hatinya hancur berkeping-keping, mengingat kejadian miris yang terjadi tepat satu tahun yang lalu. Saat sebuah truk besar menghempas tubuh kekasihnya yang hendak mengambil bunga mawar yang jatuh dari genggaman Felly. Sungguh tragis.
**
"Ayo tebak siapa aku?" kata seorang pemuda sambil menutup mata Felly dengan jemarinya.
"Rasel, dasar usil" jawabnya sambil tersenyum, lalu ia berbalik. Rasel hanya tersenyum. "apa itu? Di tanganmu?" tanya Felly
"Oh, iya aku lupa. Ini buat kamu, My little girl" kata Rasel sembari memberikan seikat mawar merah kepada Felly, kemudian mencium keningnya.
"Thanks dear" mereka pun tersenyum.
"Rasel, hari ini kita mau jalan-jalan kan?" tanya Felly lembut.
"Iya dong! Hari ini kan first anniversary kita, kamu maunya ke mana?"
"Em, terserah kamu aja deh yang penting aku sama kamu" jawab Felly sambil tersenyum.
Mereka berdua berjalan-jalan mengelilingi kota. Tanpa sadar hari sudah beranjak sore.
"Dear, kamu laper nggak? Kita makan yuk!" ajak Rasel.
"Yuk" Felly tersenyum.
Mereka makan dengan canda tawa, sesekali Felly mendesah karena keusilan Rasel, namun ia kembali tertawa setelahnya.
"Fell, kita ke toko seberang jalan itu yuk?"
"Hah, mau ngapain?" Felly heran
"Ayolah"
Rasel segera menarik tangan Felly dan mengajaknya ke sebuah pusat perbelanjaan di seberang jalan.
Tanpa disadari bunga mawar yang diberikan Rasel untuk Felly terjatuh di tengah jalan.
"Rasel, bunganya" teriak Felly setelah mereka sampai di pinggir jalan
"Yah, aku ambilin ya. kamu di sini dulu" Rasel meninggalkan Felly di pinggir jalan untuk mengambil bunga itu.
Saat ia mengambil bunga tiba-tiba ada sebuah truk besar menghempas tubuhnya dan melemparnya sejauh beberapa meter. Truk itu sepertinya kehilangan kendali. Felly yang melihat kejadian miris itu sontak berlari menghampiri kekasihnya yang sudah tak bernyawa itu. Dipeluknya tubuh Rasel yang berlumuran darah sambil menangis.
"Rasel maafin aku, kalau bukan karena aku jatuhin bunga itu kamu nggak akan kayak gini. Maafin aku Rasel" Felly tak melepaskan pelukannya sampai mobil ambulance datang.
Keesokan harinya jenazah Rasel akan dimakamkan, Felly dan teman-teman Rasel yang lainnya datang ke rumah Rasel. Gadis cantik berumur 21 tahun itu seakan tak bisa menghentikan air matanya. Ia terus menangis di samping jenazah Rasel yang sudah berada di dalam peti itu. Hancur, sakit.
Hanya itu yang bisa ia rasakan.
"Felly, udah jangan nangis. kasihan Rasel. biarkan dia pergi dengan tenang. Aku yakin kalau dia akan seneng bisa melihat senyum manismu" hibur Risma, namun Felly tak menghiraukannya. Tiba-tiba ia terjatuh dan semua orang di situ menjadi panik.
"Rasel" lirihnya sambil membuka mata.
"Fel, kamu udah bangun?"
"Mana Rasel, Vit?" tanya Felly pada Vita yang ada di sampingnya.
"Udahlah, Fel. Kamu istirahat aja! jangan mikirin itu dulu" Felly kembali menitihkan air matanya. Mungkin saat itu adalah saat yang terburuk dalam hidupnya.
Detik demi detik berlalu. Genap satu tahun Felly melewati harinya tanpa Rasel. Namun ia masih belum bisa melupakan kekasihnya itu. Ia merasa bersalah, dia berpikir Rasel meninggal karena dirinya.
"Fel, jangan bodoh kamu" bentak Vita saat mendapati Felly menggenggam silet dan akan mengiris tangannya.
"Biarin aja aku mati, Vit. aku nggak bisa hidup tanpa Rasel"
"Felly, kamu pikir Rasel seneng lihat kamu kayak gini? Dia pasti sedih, Fel. Kamu jangan kayak gini terus. Rasel kenal kamu sebagai wanita yang kuat, yang tegar dan nggak cengeng. Kamu harus bisa buktikan ke Rasel kalau kamu kuat" jelas Vita, Felly hanya terdiam.
"Makasih, Vit. kamu memang sahabat terbaik aku"
**
"Dim, Felly kemana?" tanya Vita pada Dimas.
"Loh bukannya tadi dia kamarnya?"
"Nggak ada. Aku udah muter-muter nyari dia tapi nggak ketemu"
"Hah serius kamu?" Dimas dan yang lainnya kaget.
"Iya. aduh Felly, kamu kemana lagi sih?" ucap Vita kesal.
"Eh ini kan tepat satu tahun Rasel meninggal. Coba kita cari ke rumah Rasel?" kata Risma.
"Bener juga kamu. yuk!"
Mereka lalu menuju ke rumah Rasel. Namun setelah sampai di sana ternyata Felly tidak ada di sana. Mereka pun menjadi sangat panik.
"Tempat kecelakaan Rasel. Mungkin Felly di sana" kata Dimas. Dan benar saja, mereka mendapati Felly duduk di pinggir jalan sambil memegang bunga. Mereka pun langsung menghampiri Felly.
"Felly, kamu ngapain di sini? ayo pulang" ajak Risma.
"Jangan paksa aku. aku masih ingin di sini" ucap Felly.
"Felly ayolah! jangan bikin kita…"
"Sudahlah kalian diam saja" Felly memotong omongan Dimas.
"Kalian nggak tahu apa yag aku rasain. Kalian nggak tahu gimana pedihnya kehilangan orang yang sangat aku sayang. Sakit rasanya, sakiit banget. Cobalah sekali aja biarin aku sendirian"
"fel"
"Aku bilang tinggalin aku sendirian!!" bentak Felly. Lalu teman-temannya meninggalkan Felly, seperti yang ia inginkan.
19.03 adalah saat di mana Rasel tertabrak truk, Felly kembali menitikkan air matanya.
"Aku masih di sini, Rasel. Aku akan setia sama kamu" ucap Felly sambil meletakkan bunga mawar yang ia bawa di pinggir jalan. Ia tetap tidak mau beranjak dari tempat itu.
Ia tersenyum manis, sesaat sebelum sebuah truk menghempas dan melempar tubuhnya sejauh beberapa meter. Sama persis dengan apa yang terjadi satu tahun yang lalu. "semua ini buat kamu, Rasel. kita akan bersatu lagi. aku mencintaimu" lirih Felly. Dan semuanya menjadi gelap.
By: Agatha Rhea Adya Rahma
Related Posts
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Comments